Langsung ke konten utama

Pengalaman Dengan HP Pavilion DM-1 4000 AU Bersama Ubuntu dan OpenSUSE

Sudah lama sebenarnya saya ingin menulis pengalaman ini, tujuannya hanya satu agar kawan-kawan yang senang memburu review notebook/laptop dapat membaca ini dan bermanfaat. Baik kawan sebelum saya mereview notebook ini terlebih dahulu kita lihat spesifikasi dari notebook ini:

Spesifikasi:
Prosesor: AMD APU E450 1.65
Graphic: Ati Mobility Radeon HD 6320
RAM: 2 GB
Hardisk: WDC 500 GB
Webcam: Yes
Wifi: Yes, Ethernet
Resolusi: 1366x 768
Display size: 11,6 Inchi
Bluetooth: Yes
USB 2: Yes 3 port
USB 3: Not Available
DVD: Not Available
Beats Audio.
OS inside: Windows 7 Starter
Battery: 6 cell
Harga: kisaran antara Rp. 3.200.000- Rp. 3.500.000 juta.
Ranting dari saya: 4

1 Tahun yang lalu, ketika belum punya notebook sangat giat mencari notebook mungil dan pas buat saya. Jujur sebenarnya awal-awalnya saya sama sekali tak tertarik dengan HP, karenanya waktu itu yang saya buru adalah merek seri ASUS kisaran Rp. 5.000.000 12 Inchi, akhirnya saya menemukan notebook yang pas antara Eepc ASUS 1215 B atau 1225 B, yang keduanya juga menggunakan prosesor AMD APU E450, prosesor ini memiliki reputasi yang baik dari beberapa media luar, lebih baik dari pada harus menggunakan prosesor Intel Atom, dengan teknologi direx 11 bisa memainkan beberapa game terbaru seperti call of duty.

Saya mulai pesan Eepc 1225 B kepada seorang ikhwan yang biasa menjual notebook, kebetulan beliau satu ma'had dengan saya meskipun beda priode yang cukup jauh. Namun sayang stok 1225 B sedang kosong. Saya tunggu beberapa hari kemudian tetap saja kosong. Yaah...

Lalu beliau menawarkan kepada saya notebook HP Pavilion Dm-1 4000 AU, katanya bodynya oke banget, spesifikasinya tak jauh beda dengan merek ASUS yang saya incar. Nah kebetulan beliau juga punya stok notebook second HP ini, baru 1 bulan di pakai plus masih mulus. Harganya lumayan Rp. 2.500.000

Saya tak mengiyakan begitu saja, langsung googling mencari spesifikasi dan review beberapa user yang telah merasakan notebook ini, bahkan video-video review HP Pavilion di youtube saya download semua demi meyakinkan hati apakah saya harus manuver mengganti keputusan? Yah, akhirnya mantap memilih HP Pavilion ini kepada beliau saya meminta sekalian RAMnya di Upgrade menjadi 4 GB. Total semua beserta pengirimannya kalau tidak salah adalah Rp. 3.100.000 lumayan.

Tak lama, 3 hari kemudian kiriman sudah sampai dari Solo ke Riau, Wah cepet juga pakai JNE batin saya.

Ok, berhari-hari menggunakan notebook ini singkatnya saya merasa amat puas dengan kinerjanya. Bodynya seperti saya singgung tadi, sangat style punya, ukurannya cukup tipis, besar layar 11 Inchi sesuai dengan pilihan saya menjadi terasa nyaman, beberapa teman saya mengakui hal itu.

Dalam jangka 1 bulan saya sudah tak tahan dengan windows, ingin beralih ke OS GNU/Linux Ubuntu, kali itu saya baru ingin belajar linux.

Masih ingat saat itu saya install Ubuntu 12.10, karena belum ngerti apa-apa tentang penginstalan/ partisi akhirnya dengan merdeka Ubuntu berhasil menumpas habis Windows 7 Genue beserta data-data yang saya miliki (padahal awalnya baru ingin dual boot hiks... hiks... hiks...) dalam beberapa hari saya menghadapi masalah besar, karena saya tidak tahu bagaimana menghidup/aktifkan bluetooth dan wifi, kala itu saya kira yang jadi masalah adalah Ubuntunya, eh ternyata sebabnya karena saya masih kaku menggunakan notebook ini (maklumlah baru pertama kali punya) berikutnya muncul berbagai masalah baru yang saya curhatkan kepada teman-teman FUI (Forum Ubuntu Indonesia), berkali-kali saya install ulang 12.10 karena masalah sedikit error saja, pada akhirnya saya menyerah membuang 12.10 dari notebook serta menggantinya dengan Ubuntu 12.04. Eh, entah kenapa saat menggunakan Ubuntu 12.04 ini kok tak ada masalah yang berarti, Ubuntu 12.04 berjalan dengan sangat baik di HP Pavilion milik saya.

Ketahanan batrai dengan Ubuntu jika saya gunakan full bertahan sampai 6 jam-an itu sangat baik bukan? Kemudian saat ini saya coba dengan OpenSUSE juga tak jauh beda dengan menggunakan Ubuntu. Wal Hamdulillah sampai sekarang masih kerasan menggunakan Linux di HP Pavilion.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Menggunakan Wvdial di Linux Semua distro (XL, Telkomsel, Axis dan 3)

Wvidial adalah aplikasi yang menggunakan CLI untuk menghubungkan modem dengan internet, sampai saat ini masih menjadi aplikasi favorit pengguna sistem operasi Linux besed sebagai senjata onlinenya. Banyak kelebihannya: Mudah, agak simpel, run with CLI dan pastinya ringan. Dan kekurangannya itu lho, bagi pemula cara itu dianggap njelimet. Tak apa, asal bisa konek modemnya dan bisa digunakan untuk online sudah senang rasanya. Di windows lebih susah sebenarnya, karena harus install driver ini dan itu. Sedangkan di Linux tanpa driver, modem bisa jalan (dengan sedikit konfigurasi, dan perlu sedikit trik untuk sebagian modem yang belum support) Well, wvdial pokoknya mudah jika tau cara menggunakannya, bagaimana? Ikuti tutorial saya berikut: Install Pada dasarnya, hampir semua distro sudah tersedia wvdial secara default, tapi ada pula sebagian kecil yang sistemnya belum di tambahkan wvdial, jadi kita perlu install manual Debian/Ubuntu besed: $ sudo apt-get install wvdi

Distro Linux Terbaik Dimata Pengguna Awam Bag 2: OpenSUSE (UPDATE!)

Al Hamdulillah, masih diberi kesempatan Allah untuk menulis artikel ini, artikel yang sangat penting menurut saya . Mengapa? Karena saya tahu, sebenarnya banyak teman-teman yang ingin belajar atau beri'tikad baik menghilangkan kebiasaan membajak (Windows beserta softwarenya) dengan menggunakan Linux. Mereka ingin belajar namun masih ada banyak kendalanya, contoh paling mudah adalah kendala dalam memilih distro Linux yang cocok dan pas untuk mereka, ini mengingat ada banyak sekali distro Linux dengan berbagai variasinya, hingga para pemula bingung. Wal Hamdulillah setelah kemarin menulis Distro Linux Terbaik Dimata Pengguna Awam Bag 1 dan mendapat apresiasi yang baik dari teman-teman. Kali ini saya ingin menulis tema yang sama bagian 2. Saya mantap memilih distro OpenSUSE, tentunya dengan berdasarkan beberapa timbangan dan sudah langsung mencoba. Well, saya menggunakannya baru kisaran 1 bulan, ini menarik karena begitu mencoba langsung kerasan menggunakan ini dan memilih

Cara mengganti Repository OpenSUSE Menjadi Repository Lokal (Update 22-11-2013)

Assalamu'alaikum sobat muslim, terimakasih atas kunjungannya semoga apa yang saya tulis ini memberi wawasan dan manfaat bagi teman-teman yang belum tahu. Tutorial ini hanya sebagai pelengkap yang sudah ada dan untuk memperbanyak totorial OpenSUSE hingga teman-teman tak kesulitan mencarinya di search engine seperti Google.com Sebenarnya mengganti repository default OpenSUSE ke Repository lokal tidaklah rumit, bisa kita lakukan menggunakan terminal (manual) Maupun YaST (GUI mode), kedua-duanya sama mudah dan simpel. Daftar Repository lokal pilihan saya. Sebelum kita mengganti repo default OpenSUSE ke repo lokal, perlu kiranya kita memperhatikan mana kiranya yang memiliki kecepatan download paling pesat, nah disini saya hanya memilih 3 Repo yang tercepat menurut saya pribadi, tak ada bukti nyata yang bisa saya paparkan disini, namun saya memilih hanya berdasarkan pengalaman pribadi dan pengakuan teman-teman, semoga bermanfaat.