Al Hamdulillah, masih diberi kesempatan Allah untuk menulis artikel ini, artikel yang sangat penting menurut saya . Mengapa? Karena saya tahu, sebenarnya banyak teman-teman yang ingin belajar atau beri'tikad baik menghilangkan kebiasaan membajak (Windows beserta softwarenya) dengan menggunakan Linux. Mereka ingin belajar namun masih ada banyak kendalanya, contoh paling mudah adalah kendala dalam memilih distro Linux yang cocok dan pas untuk mereka, ini mengingat ada banyak sekali distro Linux dengan berbagai variasinya, hingga para pemula bingung.
Wal
Hamdulillah setelah kemarin menulis Distro
Linux Terbaik Dimata Pengguna Awam Bag 1
dan mendapat apresiasi yang baik dari teman-teman. Kali ini saya
ingin menulis tema yang sama bagian 2. Saya mantap memilih distro
OpenSUSE, tentunya dengan berdasarkan beberapa timbangan dan sudah langsung mencoba.
Well,
saya menggunakannya baru kisaran 1 bulan, ini menarik karena begitu
mencoba langsung kerasan menggunakan ini dan memilih single
OS, yah walapun baru 1 bulan memakai.
Ok, saya
mulai:
1. YaST (Yet
another Setup Tool)
Di
dunia ini sistem operasi tak ada yang menandingi OpenSUSE dalam YaST,
ini sangat canggih. Bahkan control panel windows sekalipun belum
menandingi YaST
yang sangat teritregasi dalam OpenSUSE/ SLE (SUSE Linux Enterprise).
Yast adalah alat instalasi dan konfigurasi milik distro openSUSE/ SLE dengan GUI (Graphical User Interface) yang menarik dan mudah untuk menyesuaikan sistem kita dengan cepat selama dan setelah instalasi.
YaST Control Center digunakan untuk mengkonfigurasi seluruh sistem. Pengaturan software (update, install dan repository), hardware (konfigurasi kernel seperti registry pada windows, printer, kyeboard joystick dan lainnya), jaringan, layanan sistem dan menyesuaikan pengaturan keamanan sistem. Dengan demikin berkat adanya YaST di OpenSUSE/ SLE mampu mematahkan anggapan bahwa pengguna Linux harus berkutat dengan baris command line pada terminal untuk mengkonfigurasi sistem, kesimpulannya bagaimana pun GUInya sistem Linux tetap harus mengerti command line. YaST mematahkan pendapat itu, buktinya mampu konfigurasi bisa dilakukan oleh GUI yang bernama YaST Control Center.
![]() |
Gambar dok. pribadi: Yast Control Center, siap mengkonfigurasi sistem anda. |
![]() |
Gambar dok. pribadi: Update cukup dalam 1 klik. |
![]() |
Gambar dok. pribadi: YaST bahkan bisa mengkonfigurasi System seperti: Kernel, Boot loader dan lainnya. |
![]() |
Gambar dok. pribadi: Mengatur repository dengan mudah lewat YaST. |
![]() |
Gambar dok. pribadi: Software Center yang terintregasi dengan YaST, mudah simpel seperti synaptic walau masih kurang seinteraktif Ubuntu Sofware Center. |
Mungkin
1 hal yang saya rasa masih kurang bagus, yaitu software centernya
yang
kurang interaktif dan nilai GUInya masih lemah.
Dalam artikel lain saya menulis bahwa dengan YaST maka GUI Linux sebenarnya adalah OpenSUSE.
Jadi
maklum, bila siapapun user OpenSUSE/ SUSE Linux Enterprise (SLE) jika
ditanya apa keunggulan OpenSUSE? Jawaban paling awal adalah Yast.
Kawan-kawan yang awam atau pemula akan cepat familiar menggunakan
YaST ini.
2.
Deltarpm (Sang penghemat kuota paket internet)
Deltarpm
ini yang sebenarnya banyak dibutuhkan teman-teman linux indonesia,
khususnya bagi yang ingin menghemat kuota paket internet, mengingat
banyak dari kita yang menggunakan modem baik GSM maupun CDMA, juga
mengingat harga paket data internet di indonesia sama sekali belum
bisa dikatakan murah dan umumnya teman-teman yang menginginkan
kecepatan dalam
proses
update.
Setahu
saya fitur seperti ini hanya dimiliki 2 distro yang
menerapkan. Pertama Fedora dengan Presto dan OpenSUSE dengan
Deltarpm, kedua-duanya sama-sama hebat.
Fitur ini termasuk alasan saya mengincar OpenSUSE sebagai OS kesayangan. Apalagi didaerah sini (tempat penulis tinggal) belum adanya jaringan HDSPA (3G/ 3.5 G) jadi, Al Hamdulillah berbekal EDGE bersama 3 (paket internet EDGE paling murah) kini menghadapi update tak terlalu tergidik.
Sekali
lagi ini cocok buat kawan pengguna baru, kan banyak teman-teman yang
mengeluhkan seringnya update dan besarnya ukuran update software dan sistem.
Saya disini tak membicarakan bagaimana penerapan deltarpm detailnya, karena justru ini membingungkan kawan-kawan yang membaca (pemula), tapi saya coba uraikan singkat, misal kita update package bernama “oxygen-icon-theme” yang besar file aslinya adalah 9 MB, nah berkat deltarpm 9 MB disulap menjadi 706.5 KiB. Bahkan ada yang mulanya file berukuran puluhan MB bisa disulap menjadi beberapa MB saja. Luar biasa!
![]() |
Gambar dok. pribadi: Contoh implementasi Deltarpm saat update. |
Jujur
selama saya pakai frekuensi bug report sangat jarang terjadi, soal
kestabilan OpenSUSE sangat stabil ketimbang Ubuntu, baik Ubuntu
12.04.2 (versi paling stabil) 12.10 maupun 13.04. Yang
saya tulis ini adalah pengalaman pribadi bukan bermaksut untuk
melebih-lebihkan atau semacamnya. Misalkan jika saat menggunakan
Ubuntu bisa jadi 1 hari sekali musti ada bug report namun di OpenSUSE
1 minggu baru saya lihat ada bug report atau bahkan hanya 2 minggu
sekali, inilah yang mencengangkan saya.
Error pun jarang terjadi, karenanya memang jarang di forum ada teman yang curhat soal error yang terjadi pada sistemnya.
Dari hasil wawancara saya di grup ABL (Ayo Belajar Linux) facebook, Trias Mukti Kuncoro mengatakan jika dulunya OpenSUSE ( dulunya SUSE Linux) adalah turunan Slackware Linux. Selama ini kita tahu, Slackware tersohor dengan distro yang handal dan stabil. Namun bukan itu sebenarnya yang membuat OpenSUSE menjadi distro yang stabil, tapi ada banyak faktor diantaranya sebab kerja keras tim dan komunitas dev OpenSUSE/SUSE Linux Enterprise.
4. Desktop
yang wah dan profesional
Pada versi
11.2 komunitas OpenSUSE memutuskan untuk tidak menggunakan gnome
sebagai DE (Desktop Enviroment) default, itu bukan berarti OpenSUSE
tidak lagi menyertakannya dalam setiap rilis, gnome tetap ada di
OpenSUSE hanya saja tidak sebagai DE utama.
Well, KDE yang dari dulu di anak-emaskan OpenSUSE semakin di prioritaskan untuk distro bermaskot kadal hijau ini. Saat ini saya menggunakan OpenSUSE 12.3 KDEnya versi 4.10.3 saya rasakan nuansa keindahannya memang mumukau, jika ditanya diantara distro 10 besar yang menggunakan KDE mana paling cantik? OpenSUSElah nomer satunya.
Yah, saya sendiri sudah mencoba KDE Kubuntu, Fedora dan Chakra, tapi OpenSUSE lebih lembut.
![]() |
Gambar dok. pribadi: KDE OpenSUSE yang keren, wah dan profesional. |
![]() |
Gambar dok. pribadi: KDE OpenSUSE yang keren, wah dan profesional. |
![]() |
Gambar dok. pribadi: KDE OpenSUSE yang keren, wah dan profesional. |
5. Variasi
Produk
OpenSUSE
memiliki variasi yang memang wah, di produksi oleh komunitasnya yang
keren-keren, variasi OpenSUSE tak seperti kebanyakan distro yaitu
hanya berkisar varisi DE, misalkan versi KDE, Gnome, Xfce LXDE dan
lainnya...
Nah yang unik
di OpenSUSE selain variatif dalam hal DE juga variatif dalam produk
seperti berikut:
- OpenSUSE (default)
- OpenSUSE Tumbleweed
- OpenSUSE Evergreen
- OpenSUSE Edulife adalah variasi dari OpenSUSE yang dikhususkan kepada masyarakat utamanya untuk kebutuhan pendidikan, didalamnya sudah disuntikkan banyak software pendidikan sekaligus codec-codec mutimedia. Semuanya sudah siap saji. Silahkan baca ini untuk lebih lanjut: http://en.opensuse.org/openSUSE:Education-Li-f-e
6. Versi
OpenSUSE Tumbleweed (OpenSUSE bisa diubah jadi Rolling Release)
Tumbleweed
adalah
proyek yang menyediakan rolling release, jika teman-teman
menginginkan distro cantik, stabil dan rolling release, OpenSUSE
sangat patut untuk di coba, soal
kestabilan OpenSUSE tak perlu diragukan lagi.
Jika kebetulan ada pembaca ingin mencobanya di OpenSUSE versi 11.4 atau 12.2 atau lebih baru, kita tak perlu kerepotan dengan harus install ulang sistem dengan .iso Tumbleweed, namun cukup dengan mengganti repository default dengan repository Tumbleweed, karena OpenSUSE sendiri tak menyediakan .iso Tumbleweed. Ingin lebih lanjut baca ini: http://en.opensuse.org/Portal:Tumbleweed Saya tak membahas ini karena diluar tema.
7.
OpenSUSE
Evergreen (OpenSUSE jadi LTS Edition)
Evergreen
adalah proyek yang mirip LTS edition pada Ubuntu, merupakan upaya
komunitas/user untuk memperpanjang support terhadap sistem yang kita
gunakan jika
sudah melewati masa pemeliharaan. Misalnya begini, saya menggunakan
OpenSUSE 11.4 tapi
masa dukungannya sudah lewat, sedangkan
saya tetap ingin mempertahankannya di notebook, lalu
bagaimana
sistem saya terjamin keamanan dan pemeliharaannya? Disini
komunitas
sudah mempersiapkan dibawah
payung proyek
Evergreen.
Kawan-kawan
yang tak suka bolak-balik install ulang setiap versi baru bisa
menggunakan proyek
ini
atau OpenSUSE Tumbleweed. Caranya juga mudah, tanpa banyak syarat kita hanya perlu mengubah repository awal menjadi repository OpenSUSE Evergreen.
Keren bukan? Ingin lebih lanjut baca ini: http://en.opensuse.org/Portal:Evergreen/
8. OBS
Repository
Di Ubuntu jika
ingin menambah berbagai software terbaru atau beberapa software yang
tidak terdapat pada repository resmi Ubuntu kisa biasa menggunakan
PPA / Lauchpad.net yang powerfull. Bagaimana dengan OpenSUSE?
Ternyata OpenSUSE juga mempunyai proyek yang serupa, namanya OBS
(Open Build Service) untuk menampung aplikasi diluar repository
resmi. Sesuai namanya Open = terbuka, OBS bahkan bukan hanya sekedar
di buat untuk OpenSUSE secara eksklusif, tapi juga digunakan untuk
distro lain seperti Ubuntu, RedHat, CentOS, Fedora, Debian dan
Arch... Waawh... ini namanya luar biasa powerfull.
Bahkan secara khusus untuk OpenSUSE disediakan install one click tanpa perlu menggunakan command line untuk menginstall, cukup one click.
![]() |
Gambar dok. pribadi: Tinggal dicari software apa yang diinginkan. |
![]() |
Gambar dok. pribadi: Sekedar contoh, yaitu Maktabah El Kirtassi dalam OBS, tersedia untuk distro selain OpenSUSE. Mantab! |
9. Software
yang melimpah.
Secara umum
kita membicarakan .rpm, karena .rpm bukan hanya digunakan OpenSUSE
namun juga digunakan moyangnya distro linux yaitu RedHat, juga
Fedora, Mandriva, Megeia dan masih banyak lagi distro-distro besar
yang menggunakan .rpm, ini menandakan dukukang software terhadap
distro yang menggunakan paket .rpm sangat kuat dan banyak, walaupun
masih belum sebanyak paket .deb debian berikut turunannya.
Alakullihal...
Soal dukungan software terhadap OpenSUSE tak perlu diragukan lagi.
OpenSUSE memang keren, GUI dan memang sangat cocok untuk pengguna awam.
10. Cocok Untuk Perusahaan/UKM/Kantor (khususnya penggunaan desktop)
Jika saya mengukur kestabilan, ketangguhan, desktop yang wah dan kontrol yang profesional maka distro ini sangat cocok untuk perusahaan/UKM/Perkantoran (bukan perusahaan TI ya...) yang mencoba untuk beralih menggunakan Linux OS.
Ada pertimbangan seperti berikut:
a. Kestabilan: Ini menjadikan karyawan menjadi tak sibuk mengurus bug dan update.
b. Tangguh: Sejauh ini saya belum bisa membawakan bukti, walau secara pribadi percaya jika OpenSUSE memang sangat tangguh.
c. Desktop yang wah: Kebiasaan karyawan menggunakan Windows OS yang sudah pasti Windows itu memiliki desktop yang keren dan mewah, OpenSUSE juga tak kalah wah mewah.
d. Kontrol yang profesional: Nah, karyawan yang terbiasa dengan Windows asing sekali dengan baris command line di terminal untuk mengontrol dan mengkonfigurasi sistem, OpenSUSE telah memiliki YaST yang jika diperlukan akan efesian dan mudah mengkonfigurasi/ kontrol sistem.
Ada pertimbangan seperti berikut:
a. Kestabilan: Ini menjadikan karyawan menjadi tak sibuk mengurus bug dan update.
b. Tangguh: Sejauh ini saya belum bisa membawakan bukti, walau secara pribadi percaya jika OpenSUSE memang sangat tangguh.
c. Desktop yang wah: Kebiasaan karyawan menggunakan Windows OS yang sudah pasti Windows itu memiliki desktop yang keren dan mewah, OpenSUSE juga tak kalah wah mewah.
d. Kontrol yang profesional: Nah, karyawan yang terbiasa dengan Windows asing sekali dengan baris command line di terminal untuk mengontrol dan mengkonfigurasi sistem, OpenSUSE telah memiliki YaST yang jika diperlukan akan efesian dan mudah mengkonfigurasi/ kontrol sistem.
NB: Jika teman-teman menemukan kesalahan pada tulisan ini, mohon teman-teman memberi masukan kepada penulis yang masih awam ini.
11. SUSEStudio, Customize Desktop.
SUSE/ OpenSUSE memiliki project yang inovatif, custom iso. Fungsinya jika kita kurang puas dengan paket/ desktop yang disediakan oleh OpenSUSE, kita bisa buat sendiri image .iso dengan basis OpenSUSE maupun SUSE Linux Enterprise. SUSE Studio adalah software remastering berbasis web, jadi kita lebih cepta dan efesien menciptakan .iso sendiri.
Jika ingin lebih lanjut silahkan mampir ke websitenya: http://susestudio.com
12. Smart Repository.
Ini cukup menarik yang baru saya ketahui dari master OpenSUSE mas Andi Sugandi di grub facebook, OpenSUSE memiliki Repository yang terintregasi dengan mirrorbrain. Sehingga menjadi Repository pintar yang saat kita gunakan untuk download/ update software otomatis akan mengarahkan ke mirror tercepat. Dengan teknologi ini kita tak perlu mengganti repository default OpenSUSE dengan Repository lokal.
*******************
*******************
http://en.opensuse.org/Portal:Tumbleweed
http://translate.google.com
om mau tanya,,ane punya DVD OpenSuse 12.3 dan masalahnya nak buat booting dvd live slalu muncul failed to mount system root..bla..bla..bla...
BalasHapusitu kenapa yah ?
Sudah diperiksakah .isonya corrupt atau tidak? sebab kalau masalahnya demikian kemungkinan besar adalah file .iso corrupt.
HapusSepertinya ISO-nya Rusak, coba perbaiki dengan cara ini : http://opensuse-user.blogspot.com/2013/05/memperbaiki-file-iso-yang-rusak-dengan.html :D
Hapusgan ane pake probook 4420s kenapa ya di laptop saya gk kedetek sendiri wifinya dan touchpadnya juga ada beberapa yang tidak berfungsi seperti scroll apakah harus di install secara manual
BalasHapusmohon bantuannya kang
Mas @feizal : Mestinya soal pendeteksian Hardware OpenSUSE sudah sangat baik ketimbang Ubuntu, tapi lebih menakankan pada versi kernel yang kita gunakan, soal wifi mas feizal ini dihubungkan ke router apa gadget semacam Android? Saya pakai Tethring Android terdeteksi dengan baik,
BalasHapusLalu soal Scroll, memang kalau saya install manual kang, coba saja $ sudo zypper install synaptiks < untuk touchpadnya. Lalu di Configure Desktop >> Input Device >> Touchpad kita setting sesuai keinginan kita. Sekian semoga bermanfaat buat mas @feizal
Gan, komputer saya diduaal boot win7 sama ubuntu. Kalo saya mau coba OpenSuse bisa, gak? (triple boot gitu)
BalasHapusDear mas Yudi, insya Allah, jika mas berniat untuk triple boot sangat bisa. Yang kita perlukan hanya menambah partisi untuk OpenSUSE.
HapusBerapa minimal kapasitas partisi harddisk yg diperlukan untk install opensuse?
HapusMinimal cukup 3 GB aja mas, atau 5 GB udah cukup bagus.
HapusUntuk keterangan lebih lanjut bisa baca link yang saya berikan.
Referensi: http://en.opensuse.org/Hardware_requirements
oke. terima kasih infonya.. :D
HapusSemoga bermanfaat buat mas Yudi
HapusTulisannya bagus tp sangat subyektif.. salam ubuntu user :D
BalasHapusTerimakasih kunjuangan mas Anonim. Soal subyektif memang sudah jadi rencana saya untuk membantu user baru.
HapusSupaya apa? supaya user baru tak terombang-ambing oleh pilihan. Tapi jujur OpenSUSE memang seperti apa yang saya gambarkan.
lebih stabil opensuse apa archlinux gan...? maaf baru mo migrasi ke linux
BalasHapusMas Anonim, saya sendir pernah pakai keduanya. Sama-sama stabil karena ketika mencoba keduanya saya nggak pernah menemukan kenadala yang berarti di ArchLinux.
HapusCuma archlinux dipernuntukkan kepada User yang sudah biasa menggunakan Linux, karena nanti instalasinya hanya bermode text terminal.
Sedang OpenSUSE instalasinya userfriendly, sangat cocok untuk bisnis kantoran dan home personal.
jd pingin dual boot neh. tp nanti kira2 lcd proyektor baka ke deect apa gak ya ? coz sering presentasi
BalasHapus#khwatirrr
Wah kalo LCD proyektor saya nggak ada pengalaman mas, sory ga bisa bantu. Tapi coba sampean gabung dengan grub OpenSUSE Indonesia
Hapuskangen opensuse, tapi sekarang lagi triple boot windows 7 (buat booting BSD pake EasyBCD), MidnightBSD dan Arch.
BalasHapuswaw... super...
Hapusal untuk OpenSUSE, opensuse.or.id saya lihat stuck tidak ada update, tidak dikelola lagi.
BalasHapusMohon sekiranya diinformasikan komunitas OpenSUSE di Indonesia ngumpul di forum mana ?
Yah, alasan saya mencoba OpenSUSE adalah YaST, memang saya akui memang lebih mudah, untuk pemula karena hampir semuanya bisa dilakukan secara GUI, tapi justru alasan saya menggunaan Linux agar tidak banyak klik sana klik sini.
Satu lagi, Installer OpenSUSE gede banget 4,7GB, soalnya beberapa Desktop Environment dimasukkan ke Installer, berbeda dengan Fedora yang punya project "Spin", jadinya bisa pilih mau download installer Fedora with Gnome, Fedora with KDE, dsb, fike .iso Installer jadi sekitar 1GB saja.
Solusinya menurut saya Install OpenSUSE secara Online (NET)
Nothing is Perfect, alasan saya tidak bertahan lama di OpenSUSE adalah karena saya frustasi ketika ada problem, sulit sekali mendapatkan solusi, karena referensinya sedikit.
Kalo disuruh memilih antara Fedora/CentOS, dan OpenSUSE, maka saya lebih memilih Fedora atau CentOS, karena sama saja seperti RedHat. Soal Referensi dan Komunitas, jangan ditanya.
Hmmm...Begitu banyaknya Distro Linux, sampai-sampai beda disteo seperti belajar OS baru lagi, padahal ya sama-sama Linux, oh iya ya, Linux kan cuma Kernel. Sama seperti pertanyaan, kok Android lebih User Friendly, dapat dukungan 3rd Party kelas berat bahkan Microsoft resmi mendukung Android yg otomatis Microsoft Office ada versi Android, lah kok tidak sama dengan Ubuntu dan Distro Linux Desktop lainnya?, Jawabannya ya Linux itu cuma Kernel, sedangkan beda Distro = Beda OS, banyak kok OS yang sama-sama pakai Kernel Linux tapi Native Softwarenya tidak saling kompetibel.
ada yan punya link untuk download distro OpenSuse 32 bit ga...?
BalasHapus