Langsung ke konten utama

Menginstall LXDE Desktop di Ubuntu


Assalamu’alaikum Warahmatullahi wabarakatuh sobat semua.
LXDE dengan wajah asli
Beberapa hari lalu saya install LXDE di Ubuntu 12.04 tercinta. Yup LXDE saja tanpa Lubuntu-Desktopnya, lho kenapa? Apa bisa?.
Pertama, karena selain ringan saya juga ingin sedikit memakan hardisk dan kuota, sebab saya hanya bermodal paketan midnight telkomsel Rp. 2000 batas waktu dari pukul 00.01 hingga 05.59 kuotanya 153 MB, itu pun dengan speed yang kurang memuaskan, tapi gimana lagi, namanya juga jaringan 2G hanya bisa puas dengan 5-20 kb/s lebih baik dari pada XL-Axiata paling kencang hanya bisa nembus 5 kb/s. Nah jika saya install Lubuntu-Desktop yang 110-an MB apa cukup satu malam? Saya rasa tidak, sementara paket itu hanya berlaku satu malam saja. Jadi lebih memilih install LXDE yang hanya 12 MB.
Kedua. LXDE dan Lubuntu-Desktop sejatinya saya, hanya saja di Lubuntu Desktop dilengkapi berbagai paket dan cutomizenya. Jadi buat apa saya install paket paket itu sementara di Ubuntu paket-paket sudah tersedia dan cukup lengkap. Atau jika saya butuh tinggal install $sudo apt-get install nama paket. Masalah beres! Satu fungsi tak perlu 2 aplikasi, itu perinsip saya. Karenanya diantara hal yang tidak saya suka dari KDE hingga sekarang saya belum puas dengan KDE.
 Cara install:
  1. Buka terminal.
  2. Ketikkan $ sudo apt-get install lxde
  3. $ sudo reboot
Install LXDE Dengan Paket Paling Minimalis
$ sudo apt-get install lxde-coreLho apa cara install diatas tidak minimalis? begini sobat, setelah beberapa hari berlalu saya baru sadar, ternyata ada yang lebih minimalis dalam menginstall LXDE di ubuntu. ini sangat cocok bagi sobat yang benar-benar tidak suka paket duplikasi, dan saya tidak terlalu menyarankan penginstallan dengan cara ini, selain karena saya belum mencobanya, juga karena cara ini saya anggap over. bisa dibayang kang, kareana sizenya hanya sekitar 2 Mb lebih. baiklah langsung saja ya...
$ sudo apt-get install lxde-core
LXDE yang sudah saya permak sedikit
Sekian dulu dari saya, Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. 

Komentar

Posting Komentar

Mari bijak dalam berkomentar, mengkritik dan memberi masukan itu menandakan kita mengerti apa yang ada pada tulisan ini, terimakasih.
Mari mencerdaskan bangsa ini.

Postingan populer dari blog ini

Cara Menggunakan Wvdial di Linux Semua distro (XL, Telkomsel, Axis dan 3)

Wvidial adalah aplikasi yang menggunakan CLI untuk menghubungkan modem dengan internet, sampai saat ini masih menjadi aplikasi favorit pengguna sistem operasi Linux besed sebagai senjata onlinenya. Banyak kelebihannya: Mudah, agak simpel, run with CLI dan pastinya ringan. Dan kekurangannya itu lho, bagi pemula cara itu dianggap njelimet. Tak apa, asal bisa konek modemnya dan bisa digunakan untuk online sudah senang rasanya. Di windows lebih susah sebenarnya, karena harus install driver ini dan itu. Sedangkan di Linux tanpa driver, modem bisa jalan (dengan sedikit konfigurasi, dan perlu sedikit trik untuk sebagian modem yang belum support) Well, wvdial pokoknya mudah jika tau cara menggunakannya, bagaimana? Ikuti tutorial saya berikut: Install Pada dasarnya, hampir semua distro sudah tersedia wvdial secara default, tapi ada pula sebagian kecil yang sistemnya belum di tambahkan wvdial, jadi kita perlu install manual Debian/Ubuntu besed: $ sudo apt-get install wvdi

Distro Linux Terbaik Dimata Pengguna Awam Bag 2: OpenSUSE (UPDATE!)

Al Hamdulillah, masih diberi kesempatan Allah untuk menulis artikel ini, artikel yang sangat penting menurut saya . Mengapa? Karena saya tahu, sebenarnya banyak teman-teman yang ingin belajar atau beri'tikad baik menghilangkan kebiasaan membajak (Windows beserta softwarenya) dengan menggunakan Linux. Mereka ingin belajar namun masih ada banyak kendalanya, contoh paling mudah adalah kendala dalam memilih distro Linux yang cocok dan pas untuk mereka, ini mengingat ada banyak sekali distro Linux dengan berbagai variasinya, hingga para pemula bingung. Wal Hamdulillah setelah kemarin menulis Distro Linux Terbaik Dimata Pengguna Awam Bag 1 dan mendapat apresiasi yang baik dari teman-teman. Kali ini saya ingin menulis tema yang sama bagian 2. Saya mantap memilih distro OpenSUSE, tentunya dengan berdasarkan beberapa timbangan dan sudah langsung mencoba. Well, saya menggunakannya baru kisaran 1 bulan, ini menarik karena begitu mencoba langsung kerasan menggunakan ini dan memilih

Cara mengganti Repository OpenSUSE Menjadi Repository Lokal (Update 22-11-2013)

Assalamu'alaikum sobat muslim, terimakasih atas kunjungannya semoga apa yang saya tulis ini memberi wawasan dan manfaat bagi teman-teman yang belum tahu. Tutorial ini hanya sebagai pelengkap yang sudah ada dan untuk memperbanyak totorial OpenSUSE hingga teman-teman tak kesulitan mencarinya di search engine seperti Google.com Sebenarnya mengganti repository default OpenSUSE ke Repository lokal tidaklah rumit, bisa kita lakukan menggunakan terminal (manual) Maupun YaST (GUI mode), kedua-duanya sama mudah dan simpel. Daftar Repository lokal pilihan saya. Sebelum kita mengganti repo default OpenSUSE ke repo lokal, perlu kiranya kita memperhatikan mana kiranya yang memiliki kecepatan download paling pesat, nah disini saya hanya memilih 3 Repo yang tercepat menurut saya pribadi, tak ada bukti nyata yang bisa saya paparkan disini, namun saya memilih hanya berdasarkan pengalaman pribadi dan pengakuan teman-teman, semoga bermanfaat.